Home » » Surat Cinta Untuk Seseorang Bernama Ayah

Surat Cinta Untuk Seseorang Bernama Ayah




(Oleh Mety Topyah)

Untukmu ayah yang selalu aku rindukan di sana, di surganya Allah. aamiin.
Ku tulis suratku ini untuk seorang lelaki terhebat yang ku sebut ‘ayah’. Dimalam yang penuh bintang-gemintang ini, dingin, dan hening, ku rasakan kembali hadirmu ayah. Di pelupuk mataku ini terbayang bayanganmu ayah , lelaki terhebat yang pernah ku temui di dunia ini. Hal tersebutlah yang mengawali niatku untuk menulis surat cinta untukmu ayah.

Apa kabar ayah? Ananda berharap semoga Engkau bahagia di alam sana dan ditempatkan di tempat yang layak yaitu surganya Allah aamin ya robbal alamin.Ayah masih ingat kan dengan gadis kecil ayah yang bermata coklat ini,aku tahu ayah tak mungkin lupa. Ayah maafkanlah anandamu ini jika baru kali ini anada menulis surat untuk ayah. Ayah saat ini anada sudah menginjak usia dewasa,aku bukanlah anak kecil lagi. Kini ananda sedang meneruskan studi di sebuah universitas negri. Semoga ayah gembira mendengar kabar ini. Ayah...anakmu kini telah berhijab karena itu adalah kewajibanku sebagai seorang muslimah dan aku juga tak ingin memberatkan timbangan dosamu di akhirat kelak jika aku membiarkan auratku terbuka. Semoga ini menjadi angin segar bagi ayah di alam sana.

Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Ayah..... Aku masih teringat ketika itu ayah menggendongku dan mengangkatku tinggi-tinggi, saat itu umurku sekitar 4 tahunan. Ayah juga sering meletakkanku di punggung ayah saat hendak mandi ke sungai. Di sepanjang perjalanan ayah selalu bernyanyi lagu kesayangan ayah, lagu daerah yang aku lupa judulnya apa? Pernah suatu ketika setelah kepergian ayah aku mendengar kembali lagu tersebut diputar di radio kadang pula di bis. Lagu-lagu kenangan itu membuatku teringat kembali akan dirimu ayah! Yang membuatku tak kuasa lagi menahan mutiara bening dari pelupuk mataku.

Ayah..... Aku juga masih teringat dulu ayah sering membawakanku makanan setiap kali ayah pulang dari kerja. Ayah membawakanku kue, gorengan,buah-buahan dan sebagainya. Pernah juga ayah mengajakku ke rumah makan dan ayah pasti selalu memesan nasi ketan dengan lauk ikan mas goreng dengan sambal khas Padang. Menu tersebut masih sangat aku sukai dan selalu aku rindukan sampai saat ini seperti halnya akau merindukan sosokmu.

Ayah..... Aku juga masih teringat saat ayah mengajakku pelesiran kala sore hari. Aku duduk dii atas motor merah ayah dan didudukkan di bagian depan ayah. Oh indahnya masa itu seakan dedaunan dan bunga-bunga di sepanjang jalanmerasa cemburu menyaksikan kemesraan seorang anak kecil bersama ayahnya.

Ayah..... Aku juga masih teringat ketika aku rewel dan bertingkah laku yang kurang berkenan di hati ayah. Ayah kemudian memukul punggungku. Pernah juga saat umurku 6 tahun aku bertengkar dengan kakak dan kamipun ribut, mendengar kegaduhan itu ayah tidak senang dan kemudian mengejar kami sambil membawa sandal jepit yang akan ayah gunakan untuk memukulku dan kakak. Akupun bersembunyi hingga beberapa saat. Ayahpun kembali pulang ke rumah dan melupakan kejadian itu. Tapi aku tidak membenci ayah, aku tahu kalau itu semua adalah cara ayah dalam mendidik kami dan aku menghargai cara ayah tersebut. 

Ayah..... Aku juga masih teringat saat usiaku 6 tahunan, Engkau mengajakku ke kota untuk yang pertama kali dan terakhir kali dalam hidup ayah. Kita naik bis dan di perjalanan aku muntah karena itu adalah pengalamanku yang  pertama kali ikut perjalanan jauh dengan naik bis kota. Setiba di kota ayah membelikanku sepasang anting yang cantik. Tapi sayangnya tak lebih dari sebulan anting yang ayah belikan hilang ketika aku sedang bermain, mungkin terjatuh. Itu salahku ayah karena tidak bisa menjaga hadiah darimu. Sejak saat itu ayah tidak lagi membelikanku anting, akupun juga tidak terbiasa lagi memakai anting sampai saat ini.

Ayah..... Aku juga masih teringat  dulu aku sering merengek-rengek minta dibelikan sepeda setiap kali ayah akan pergi ke kota. Namun hingga ayah pergi untuk selamanya ayah tidak sempat lagi mengabulkan permintaanku tersebut. Tapi tidak mengapa ayah ananda telah memaafkanmu.

Ayah..... Aku juga masih teringat saat malam tiba engkau mengajakku berbincang-bincang di balkon rumah sambil menatap bintang-bintang di langit. Ayah bercerita panjang lebar hingga aku terlelap di pangkuan ayah kemudian ayah menggendongku dan mengantarku ke kamar.

Ayah..... Aku juga masih teringat saat aku sakit, ayah menyuruhku minum pil. Namun karena aku tidak suka rasanya yang amat pahit akhirnya akau buang pil itu saat ayah sedang pergi. Tapii terkadang tingkahku itu ketahuan juga olehmu. Engkau marah dan memaksaku untuk segera meminumnya, hingga aku tak bisa lagi menghindar karena ayah menungguiku untuk meminum pil. 
Ayah terima kasih, anada tahu itu semua ayah lakukan karena ayah tak ingin gadis kecil ayah yang bermata coklat sakit.
 
Ayah...... Aku juga masih teringat setiapa kali aku bermain dengan seekor kucing milik tetangga ayah selau melarangku dan segera mengusir kucing itu dengan amat kasar. Aku kadang tertawa geli setiap kali melihat kucing berlari terbirit-birit ketika ayah datang. Bahkan saat  terdengar suara sandal jepit ayah kucing-kucing itu berlari terbirit-birit karena takut.

Ayah...... Aku masih teringat saat detik-detik ayah menutup mata. Kalau tidak salah hari itu adalah hari Rabu, ayah mengambil sesuatu dari atas loteng rumah . Kemudian ayah terjatuh dari ketinggian dan menyebabkan kaki ayah patah dan membengkak. Engkau tidak mampu lagi berjalan bahkan berdiripun tak sanggup. Dan tibalah pada hari ke-tiga dari kejadian naas itu. Sekitar pukul 10.45 ayah menghembuskan nafas yang terakhir.

Dari enam orang bersaudara hanya aku satu-satunya anakmu yang melihat secara langsung dengan mata kepalaku sendiri saat ayah menutup mata. Ku lihat tetes-tetes bening perlahan mengalir di pipi ayah. Mungkin itu adalah air mata kesedihanmu karena akan meninggalkan orang-orang yang sangat engkau cintai di dunia ini. Aku juga satu-satunya anakmu yang tidak meneteskan air mata setetespun saat itu. Aku tak tahu mengapa, mungkin karena aku belum mengerti kalau itu adalah kali terakhirku menatap wajah ayah. Aku hanya mengira kalau ayah hanyalah tidur untuk beberapa saat.  Beberapa bulan kemudian barulah aku mengerti bahwa ayah tak akan kembali lagi. Barulah aku menangisi kepergianmu itu. Ayah yang aku cintai selamat jalan dan nantikan kami di surganya Allah!

Ayahku yang selalu aku rindukan, terkadang aku iri dengan teman-teman sebayaku. Mereka punya ayah ayah yang masih hidup tapi mereka sering mengeluh tentang ayah-ayah mereka. Ada yang bilang ayahnya galak, ayahnya pelit, ayahnya otoriter, ayahnya over protective. Tapi aku yakin semua itu adalah wujud kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.
Saat temanku mengeluhkan tentang ayahnya, akau hanya bisa berkata, “Kamu masih mending punya ayah yang masih hidup, kamu masih bisa merasakan belaian lembut tangan ayahmu di kepalamu ketika kamu bersedih, terkadang aku sangat ingin merasakan belaian kasih sayang ayah di usiaku saat ini, ketika aku sedih ada seorang ayah yang mengelus-elus kepalaku dam mengusap air mataku” kemudian mendengar ucapanku iti temanku hanya terdiam lalu meminta maaf padaku.

Ayah terasa singkat sekali waktu yang Allah beri untuk kita berkumpul. Terasa masih sangat kurang aku bersamamu. Akupun sempat punya angan-angan ketika aku wisuda nanti ada ayah dan ibuku yang hadir dan tesenyum bangga padaku. Ayah...ananda minta maaf karena tidak ada anakmu yang bisa mengabulkan impian ayah dulu yaitu ayah ingin di antara ketiga putrimu ada yang bisa jadi seorang dokter supaya ketika engkau telah tua dan engkau sering sakit maka akan ada anakmu yang akan mengobati penyakit ayah dan juga ibu. Ayah maafkanlah kami.

Ayah sekian dulu surat dari ananda, insya’Allah ananda akan sering-sering menulis surat untuk ayah mulai saat ini. Ayah..... Ananda tak bisa berbuat banyak untukmu, ananda hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah dalam setiap solatku. Semoga ayah bahagia di sana dan dijauhkan dari panasnya siksa api neraka dan diringankan siksa kuburmu. Semoga ayah ditempatkan di tempat yang layak yaitu surganya Allah aamiin ya robbal alamiin.

.اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.

Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

                                                                                                      Indralaya, 21 April 2013

1 komentar: