Home » » Potret Palembang Antara Harapan dan Ratapan

Potret Palembang Antara Harapan dan Ratapan




Oleh Deista Sari



            Lalu-lalang jalanan Palembang dan sekitarnya saat ini tengah dipenuhi dengan berbagai  macam jenis baliho, spanduk, bendera partai ataupun berbagai atribut lainnya. Menambah carut marut pemandangan di jalanan kota Palembang khususnya. Tak tergambarkan lagi rasa muakku ini melihat sederet foto-foto yang terpampang dengan senyum khasnya yang hipokrit. Disetiap sudut jalanan Palembang mereka berlomba-lomba menggantungkan harapan dan belas kasihan rakyat agar terpilih dalam pemilukada nanti. Rakyat ini tidak pikun untuk sekedar merangkai kembali puzzle yang telah berlalu tanpa kejelasan. Sebut saja wisma atlet, rumah sakit siloam, kasus penjarahan ditempat-tempat umum,mahalnya biaya pendidikan dll.Namun, entahlah apa yang akan terjadi pada bangsa ini jika semua orang tak lagi peduli dan menggangap hal tersebut ialah permainan lumrah kalangan berdasi.


            Disisi lain terlihat berbagai pemandangan yang memilukan. Kini mereka jumlahnya kian hari kian bertambah. Anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan dengan mudah kita temui diberbagai sudut kota. Di jalanan, di bus-bus kota, di warung-warung, di jembatan, kita kerap bertemu dengan bocah-bocah lugu dengan perawakan kurus, berwajah sendu, berpakaian compang camping tak terurus. Nasibnya tak menentu hari-harinya dihabiskan di jalanan dengan berjualan koran, mengamen, mengemis, memulung sampah dsb. Itulah wajah-wajah anak Indonesia yang sebenarnya. Yang konon katanya adalah generasi penerus bangsa. Terpuruknya nasib anak-anak sebenarnya melanda hampir diseluruh penjuru negeri yang katanya kaya raya ini.

            Meretas masa kanak-kanak dalam penderitaan. Sungguh memprihatinkan memang. Namun ironisnya pemerintah semakin tak peduli. Selama ini yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan. Kurangnya perhatian pemerintah ditambah lagi dengan sikap “ikut-ikutan” kurang perhatiannya kita (masyarakat). Menambah nasib ribuan anak-anak Indonesia semakin kelabu.
Mereka adalah sedikit dari korban kebijakan yang keliru dinegeriku Mereka adalah korban kaum hedonis. Karena kapitalisasi besar-besaran sedang melanda negeriku maka segala aspek dinegeri ini dijadikan komoditi yang menguntungkan. Itulah selera rendahan para borjuis yang saat ini tengah berlomba-lomba mencari harapan rakyat jelata tanpa memperdulikan ratapannya.
            Masih adakah yang peduli dengan mereka yang terlantar yang terlupakan?? Mereka yang terancam bodoh ataupun terserang berbagai macam penyakit dan seks bebas dengan masa depan yang tragis dan suram. Sekali lagi masih ada yang peduli??? Dimanakah kita selama ini???? Kemanakah rasa persaudaraan yang katanya kita gemakan??? Bersyukurlah bagi orang yang hidupnya bergelimang harta asal tak lupa pada mereka. Semoga kita tak menjadi bagian yang tersindir dalam surat Al-Maa’uun. “Celakalah orang-orang yang mendustakan Agama Allah, yaitu orang-orang yang menghardik anak yatim dan miskin.”

0 komentar:

Posting Komentar