Menulis itu menyenangkan. Dengan menulis kita
bisa mengekspresikan apa yang kita rasakan, mungkin 11-12 dengan aksi lah. :D
well, menulis bisa dilakukan siapa saja.
Intinya semua orang bisa menulis. Tetapi ada saja hambatan yang membuat kita
menjadi pasif untuk menulis.
Sebenarnya ane juga masih awam dalam dunia
tulis-menulis, dulu memiliki niatan ingin mengabadikan hal-hal yang ane lewati
ataupun yang ane alami melalui tulisan, tapi semua itu hanya jadi rencana dalam
hati. Karena yang ter-frame dalam memikiran ane adalah menulis itu sesuatu yang
harus perfect dalam artian apa yang
kita tulis harus diterima dengan senang hati oleh yang membacanya. Tapi itu
dulu, jika kita masih memegang persepsi yang seperti itu maka kita seperti
pungguk merindukan bulan tanpa membuat pesawat. Tidak ada yang instan, semuanya
butuh proses dan tahapan. Rasa malas, takut salah tata bahasa, takut salah
tulis, takut di cemooh orang, pemikiran yang ‘sibuk sehingga tidak ada waktu
untuk menulis’, dll.
Memang menulis itu butuh niatan yang besar
dan sugesti yang kuat. Tidak hanya menulis, melakukan segala sesuatu tanpa
didasari niat yang besar, tidak akan terlaksana. Padahal jika kita punya niat,
dan sudah terlanjur masuk dalam moment yang telah kita rencanakan,
mengakhirinya pun sulit. Seperti halnya saat pertama kali ane tau KAMMI dan
seminggu lagi akan diadakan DM 1, saat itu ane belum mengenal KAMMI hanya sekedar
tau ikut TM pra-DM pun tidak, maka waktu itu ada sedikit rasa ogah-ogahan untuk
menjalani event DM 1. Namun setelah
dijalani dan sudah masuk dalam moment asyiknya hidup bersama KAMMI, semuanya
menjadi mudah dan menyenangkan. Pulang petang setelah Syuro’ pun tidak menjadi
beban yang berarti lagi karena kecintaan kepada KAMMI sudah memberikan energi
positif yang sangat besar dalam diri. Rasa cinta menjadikan kita butuh. Memang
benar, ane butuh KAMMI. Karena sejak bergabung bersama KAMMI, mindset ane
berubah dan kehidupan ane menjadi lebih tertata. Kurang lebih seperti itulah
analoginya.
Oke well, balik lagi ke problem
tulis-menulis. Saat akan melakukannya banyak sekali hambatannya, banyak alasan
dan sugesti yang terbentuk dalam diri yang membuat kita berhenti dan tidak mau
menulis. Itulah penghambat nomer satu
dalam diri untuk menulis.
Walaupun kita bukan penulis terkenal, tidak
seperti Bp. Anis Matta yang bukunya diburu banyak orang, seperti Andrea Hirata
yang novel-novelnya beberapa kali dijadikan film terbaik yang mendidik, kita
bukan ahli sastra yang bisa memilih kata-kata yang indah, kita tidak ahli dalam
merangkai kata, tetapi kita istimewa, kita punya pengalaman, kita bisa
merasakan sesuatu dan kita punya pendapat yang dapat kita sampaikan salah
satunya melalui tulisan.
Entah dipandang orang lain yang lebih
berbakat menulis bahwa tulisan kita jelek lah, ngawur lah, atau tulisan yang
kita buat tidak nyambung lah, biarkan saja, semua butuh proses, bahkan
manusiapun di ciptakan Allah Swt. dari seorang bayi kecil dahulu kemudian
berkembang menjadi kanak-kanak, remaja, dewasa dan menua. Katakan pada mereka
“Ini salah satu bentuk ekspresi jiwa, whatever dengan kaidah-kaidah penulisan,
whatever dengan perpaduan kalimat, EYD, grammar dan sebagainya, karena aku
ingin menulis. Ini tulisan gue, masalah buat lohh?”.
Maka dari itu kawan-kawan, mulailah menggores
pena dan menarikannya diatas kertas sedari sekarang. Tulislah apa yang ada
didalam benakmu. Ente pengen nulis puisi? Tafadhol. Pengen nulis cerpen?
Silahkan. Bikin opini dan essai, mengkritisi kebijakan pemerintah? Of course,
tentu saja boleh. Tidak ada yang melarang, tapi masih dalam koridor yang
ditetapkan Allah Swt. Berdakwah melalui pena merupakan salah satu siasat yang
ampuh untuk meraup pahala dan mendapat tempat dihati masyarakat.
Lihatlah Alm. Syaikh Al Buthy, beliau memang
sudah mendahului kita menghadap Illahi namun saat membaca buku-buku karangan
beliau, seakan-akan ia masih ada. Atau saat membaca puisi Chairil Anwar, “Aku
ingin Hidup Seribu Tahun Lagi.” Beliau memang masih hidup sampai sekarang
meskipun raganya sudah tidak dapat kita temukan lagi. Karena apa, karena
tulisan yang mereka tulis. Karena kalimat demi kalimat yang mereka sampaikan
melalui tulisan memberikan manfaat untuk yang membacanya.
Tapi sekali lagi, everything need a process. Mengutip kalimat Ketum PK AL QUDS,
seperti yang dilansir Akhina Jevri saat Syuro’ internal departemen beberapa
waktu yang lalu, “Silahkan kalian tulis apa yang ada dalam pikiran kalian.
Jangan hiraukan kualitas, yang penting tumbuhkan lebih dahulu semangat dan hobi
menulis. Setelah hobi menulis, maka insya Allah kualitas akan mengikuti.”
(Hayrunizar).
PK KAMMI Al Quds dengan semangat muslim
negarawannya tergerak untuk membuka ajang menulis dalam wahana GKM (Gerakan
KAMMI Menulis) guna memfasilitatori kader-kader untuk menyalurkan aspirasi dan
mengembangkan bakat jurnalistiknya. Dengan dibukanya ajang ini, diharapkan
identitas “Membaca, Menulis & Diskusi.” yang rekat pada diri pemuda dan
mahasiswa dapat terus melekat dan menjadi suatu batu loncatan untuk mewujdukan bangsa
dan negara Indonesia yang Islami.
judi sabung ayam
BalasHapus