Oleh Ranisya Dwi
Jumat
senja, aku terpaku duduk di lantai putih kamarku, sambil sesekali kurasakan
belaian lembut angin yang berhembus sepoy-sepoy seolah mengetahui kepenatan
raga setelah seharian beraktivitas di bumi indralaya, yang berusaha menerobos memasuki
jendela kamar dimana hanya terbuka seperempat dari ukurannya, usai menjalani
rutinitas baru yang mulai ku geluti. mengajar disalah satu bimbel yang ada
ditempatku mengenyam bangku kuliah saat ini, rutinitas yang membuat pribadiku
sendiri sangat bahagia menjalaninya, entah mengapa rutinitas ini membuat ringan
langkah kakiku bergerak menghampirinya, memang terkesan konyol saat aku katakan
mengajar disalah satu bimbel merupakan hobi terbaruku saat ini yang membuatku
menduakan kegiatan organisasi, (ya,, memang sebelum aku mengajar bimbel, aku begitu
terpaut cinta dengan organisasi-organisasi yang ku ikuti seperti LDF Ukhuwah,
KAMMI, dan DPMU) aku sangat bersemangat ketika hari selasa dan jumat tiba
apalagi dentang jarum jam bergerak merangkak mendekati pukul 16.00 WIB, saat
itulah kakiku bersigat melangkah cepat mencari pengendara angkot kuning yang
sering hilir mudik mengitari kampus the
yellow jacket atau sriwijaya university (sesekali English tak apa laah, :D),
agar dapat membawaku sampai ketujuan
awal, mengajar adik-adik lucu yang membuat kaki ini sejenak melupakan lelah
yang telah menggelayuti.
Terhitung
beberapa menit dari dudukku Tubuh ini tak ayal lagi terbaring di lantai putih
kamar asramaku karena tak mampu memberontak lagi dengan lelah yang semakin
menuntut untuk segera dienyahkan. Mataku semakin tajam menatap atap-atap
kamarku yang putih seputih hati adik-adik lucu itu, kembali bayangan mereka
menapaki benakku seolah tak mau enyah dari fikiran ini. Sejenak ku termenung,
tak ada satu halpun yang membuatku untuk malas menggerakkan kaki bertemu
mereka, sosok-sosok malaikat kecil yang lugu nan lucu, yang polos, haus kasih
sayang dan kelembutan lisan, yaa… itulah mereka, murid-murid kecilku.
Begitu
banyak cerita yang dapat ku petik dari adik-adik kecil itu, meskipun terhitung
hanya dua jam aku bersua dengan mereka dalam satu pekan, singkat,,, ya.… memang sangat singkat. tapi
dari pertemuaan itu aku seolah tersihir dengan senyum tulus yang mereka pancarkan
kepadaku, (ciee.. :D) membuatku terpana bahkan lupa dengan letih yang
senantiasa bergelayut di pundak ini. Mulai dari raut muka manis yang mengiringi
mereka saat membaca doa belajar
bersama-sama sebelum memulai pelajaran, hingga tingkah laku konyol yang mereka
pertontonkan dihadapanku. benar,,, terkadang kesabaran kita sering kali diuji, seperti
pernah suatu hari salah seorang dari mereka pipis dicelana saat proses belajar
mengajar, (haduuh…) mau diapakan lagi, aku hanya bisa tersenyum sambil membersihkan
tempat belajar dari kotoran yang ada dan mengantarkannya ke kamar mandi untuk membersihkan
celana si kecil yang terlanjur basah. Sempat jengkel juga, tapi melihat wajah
takut dan memelasnya membuatku tak kuasa menampakkan wajah cemberut karena menahan
kejengkelan. Huffhh,,, lagi-lagi wajah mereka meluluhkan hati ini.
Ada
juga dari mereka yang masih ‘ngiler’, yang kadang membuatku spontan ingin
sekali mengambilkan tisu untuk membersihkan air liur yang keluar dari bibir
lembutnya, sebenarnya mereka semua anak-anak yang pinter, apalagi bila kita
memberi perhatian khusus kepada mereka. Memang terkadang membuatku harus ekstra bersabar menyikapinya,
karena sering kali mereka mendekat, bermanja-manja kepadaku, berusaha mencuri
perhatianku dengan hanya sekadar ingin diambilkan pensil dari dalam tasnya,
didengarkan saat dia bicara, ikut tertawa saat dia tertawa, sehingga saat
mereka membaca, berhitung, menggambar dan menulis mereka sangat antusias dan
bersemangat menjalaninya. Sekali lagi ku katakan, masa-masa seperti itu adalah
masa-masa emas dalam menuntut ilmu, apalagi usia mereka yang berkisar 4-7
tahun, dimana pada usia itu daya tangkap dan daya ingat sangat kuat. sehingga
begitu mudahnya bagi mereka memahami dan mengingat huruf maupun angka yang kita
ajarkan kepada mereka, intinya hanya satu, kita harus bersabar dan
memperhatikan semuanya satu persatu, meskipun hal sepele, tapi cobalah untuk
menghargai setiap ucapan dan tingkah laku mereka dalam belajar, pasti dikau
akan merasakan kenyamanan dan kebahagian saat bersua dengan mereka
malaikat-malaikat kecil itu.
Tak
jarang aku sering mengelus-elus kepala mereka, menyentuh pipi-pipi halus mereka
demi merasakan dan membagi kasih sayangku kepada mereka, mencoba menciptakan
kenyamanan saat proses belajar mengajar. Sungguh suatu hal yang berbeda
kurasakan saat aku bertemu dengan mereka, seperti naluri seorang kakak yang
menyayangi adiknya atau mungkin naluri seorang ibu yang menyayangi anaknya, apa
mungin ini bagian dari fitrahku yang akan menjadi calon ibu bagi anak-anakku
kelak, (hehe, amin), yang pastinya aku merasakan bahwa perhatian sekecil apapun
akan sangat berharga bila kau lakukan dengan setulus hati. Bayangkan saja,
terkadang kita yang sudah dewasa ini masih merindukan perhatian, kasih sayang, baik dari orang tua, kakak, saudara, dan sahabat.
apalagi mereka yang memang pada usia itu harus diberikan limpahan kasih sayang
yang tulus, agar dapat menjadi suatu kenangan dan kekuatan tersendiri dikala
mereka menginjak remaja, sahingga tak ada kata “masa kecil kurang bahagia” yang
dilontar kan oleh orang lain kepadanya. Yaa,, tak habis kata memang
mendeskripsikan mereka, bocah-bocah kecil yang saat ini hanya mengetahui bahwa
hidup itu adalah suatu kebahagian, proses belajar dan bermain yang harus
dibumbui dengan canda dan tawa ria, mungkin hanya itulah yang masih mengisi
benak mereka.
Lamunanku
seketika buyar saat mendengar guyuran air kran yang perlahan-lahan memenuhi bak
tampungan air yang kusediakan, spontan kutatap jendela kamar, kulihat awan
hitam mulai menguasai jagad semesta, mengizinkan mentari untuk beristirahat
sejenak diupuk barat, seolah berbisik kepadaku bahwa waktu mendekati magrib dan
itu pertanda aku harus mempersiapkan diri menghadap rabb semesta alam, memadu
kasih dengan-Nya, mencurahkan cinta dan cerita kepada pencipta raga ini.
Bergegas kaki melangkah tegak menuju kamar mandi mensucikan jasad untuk bersiap
menanti tibanya waktu magrib, sambil sesekali masih tersungging senyum manis
diwajahku mengingat adik-adik kecil yang manis dan menggemaskan, tak sabar
rasanya menunggu hari selasa dan jumat kembali agar diri ini bertemu dengan
malaikat-malaikat kecil itu dan berbagi kebahagiaan dengan mereka.
sabung ayam online
BalasHapus