Berbagai
permasalahan yang terjadi di penjuru tanah islam saat ini adalah bentuk ujian
yang sejatinya kita semua rasakan. Bukan Negara yang sedang terlibat konflik
secara fisik seperti: Suriah, Mesir dan wilayah Timur Tengah lainnya, namun
untuk seluruh ummat islam. Meskipun terkadang muncul celotehan akan nasib Negara
ini (red: Indonesia) yang belum terselesaikan.
Namun, ternyata
dalam membangun kesadaran akan kepedulian terhadap sesama hanya sedikit sekali.
Kita terlalu terbuai akan dunia, dan hanya mencari dalam bentuk materi, tanpa
bagaimana memikiran nasib bangsa, saudara seakidah kita. Kita masih disibukkan
dengan materi esok dan nanti. Ketakutan akan kehabisan harta kekayaan dan
jabatan yang menggiurkan, yang merupakan bentuk anak kandung dari kapitalisme
barat sehingga banyak sekali lahir hedoner-hedoner di dunia ini. Ajaran hedonisme
pun mulai menggurita dengan dibungkus dengan kemasan yang cantik dan indah,
berkembang dengan bau merekah bunga musim semi. Padahal bunga-bunga itu sejatinya
bunga busuk dan memberikan suntikan racun bai yang mencium wangi dan memetiknya.
Kita tidak pernah merasakan bagimana nasib saudara-saudara kita yang kelaparan,
ditambah dengan ketakutan akan nasib dan nyawa mereka. Maka sudah selayaknya kita memahami makna surat
cinta dalam Al-Imran :112
“Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang
benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
Benar adanya,
bahwa pasca dari runtuhnya Turki Utsmani pada tahun 1924, Negara-negara Islam
kehilangan kiblatnya. Negara Islam mulai mengekor pada barat dan menjadi hamba
bagi barat. Hingga mereka dengan mudah untuk mengkebiri Negara-negara islam dan
dengan mudah menghancurkannya.
Dinasti
Abbasiyah merupakan Dinasi yang sangat terkenal akan masa kejayaannya. Dan di
sinilah pesona Islam lahir dengan cemerlang. Peradaban yang maju dan kokoh.
Namun akhirnya Dinasti ini runtuh pula. Tentu akan menjadi sebuah aksioma dan
spekluasi yang menimbulakn pertanyaan akan keruntuhan Dinasti ini..
Boleh jadi teman-teman sudah mengetahui penyebab dari runtuhnya dinasti utsmani , yang mana jawaban relative tentang minimnya kecakapan pemimpin terakhir dari Dinasti Abbasiyah. Hingga berujung pada serangan dari Dinasti Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Namun ternyata, permasalahan itu bisa dikatakan hanya sebagian kecil saja. Ada hal lain yang jauh lebih penting akan cerita runtuhnya Dinasti Abbasiyah. Yakni keruntuhan Dinasti ini diawali dengan lahirnya paham-paham baru dari Yunani, yang mana di kirimnya Hunain bin Ishaq ke wilayah Sicilia yang penduduk dan pemimpinnya beragama Krsiten. Hunain yang diutus langsung oleh Khalifah Al-Makmun diutus untuk menterjemahkan Sophisme Yunani.
Muthran Agung,
selaku penguasa dari Sicilia pun memberikan Buku-buku yang berisi ajaran
Yunani, dan ia mengatakan bahwa “Tidaklah buku-buku ini masuk dalam suatu
bangsa, kecuali pasti akan merusaknya”
Hunain yang
diberikan upah emas seberat buku yang ia terjemahkan, maka dengan giat lah ia
menterjamahkan buku-buku dari Yunani tersebut. (Al Wala wal Bara fi Islam: 102)
Dari titik
inilah, jiwa kaum muslim digrogoti oleh paham barat dengan mudah. Yang mana
orientalis melahirkan kapitalis, begitupun kapitalis yang suskes melahirkan
nasionalis dan hedonis. Mereka oreintalis meraup untung besar akan kesuksesan
ini, hingga ummat islam banyak yang terjebak dan menjadi budag bagi oreintalis.
Buku Rujukan :
Al Wala wal Bara Fi Islam..
0 komentar:
Posting Komentar