(Oleh: Zainal
Ummari)
Berbicara
masalah pemuda maka sangat sukar rasanya jika kita pisahkan dengan kata
perubahan. Penulis sangat yakin bahwa, tidak seorang pun yang bias membantah
bahwa hanya pemudalah yang mampu melakukan perubahan. Betapa tidak, sejarah
dunia dan Indonesia sendiri telah membuktikan bahwa disetiap perubahan,
pemudalah yang menjadi garda terdepan dalam memperjuangkannya. Banyak
tokoh-tokoh pemuda yang muncul tampil sebagai pemimin suatu perubahan. Sosok
Muhammad SAW yang tidak asing lagi
sebagai seorang pemuda pelopor perubahan dunia dengan ajaran Islam yang
dibawanya mampu mengubah kondisi kehidupan masyarakat arab pada saat itu dan
hingga akhirnya Islam tersebar keseluruh
penjuru dan mewarnai kehidupan umat manusia. Kisah lain tentang pemuda adalah
sejarah Muhammad Al-Fatih yang berhasil memperbesar pengaruh Turki Utsmaniah di
abad ke 14. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, dia mampu memimpin Turki
menjadi kekuatan adidaya yang tak tertandingi pada zamannya. Maju lagi kedepan
sejarah mencatat, revolusi kemerdekaan Amerika seperti kita lihat digerakkan
oleh beberapa orang pemuda seprti Benjamin Franklin, George Washington, John
Adams, Thomas Jefferson, John Jay, James Medison, dan Alexander Hamilton.
Selanjutnya Barrack Obama sebagai politisi muda yang cukup bersinar di abad ke-21 sebagai presiden AS yang mampu menghadirkan performa kepemimpinan yang sedikit berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya.
Selanjutnya Barrack Obama sebagai politisi muda yang cukup bersinar di abad ke-21 sebagai presiden AS yang mampu menghadirkan performa kepemimpinan yang sedikit berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya.
Di Indonesia, sejarah pemuda sendiri bermula
dari sejarah yang kita kenal dengan kebangkitan nasional yang ditandai dengan
berdirinya Boedi Utomo pada 21 Mei 1908. Lahirnya Boedi Utomo mengawali gerakan
pemuda Indonesia dalam sebuah oraganisasi modern dan menjadi cikal bakal
terbentuknya persatuan Indonesia atas dasar kesadaran ingin bersatu.
Selanjutnya pergerakan pemuda Indonesia kembali dirintis, pada tahun 1918
pemuda-pemuda dari berbagai daerah diluar Jawa mendirikan berbagai perkumpulan
dan menamakan diri sebagai; Jong Java,
Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Pasundan, Jong Batak, Pemuda Betawi, dan
lain-lain. Kemudian para pemuda ini mengadakan kongre pemuda pertama tahun 1926
yang menghasilkan gagasan tentang perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda
tingkat nasional. Dan atas usul PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928
diadakan kongres pemuda kedua. Setelah melakukan pembahasan, mereka berada pada
satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia mau merdeka, maka Indonesia harus
bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang dikenal dengan ‘Soempah Pemoeda’ yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi ; kami
putra-putri Indonesia mengaku bertanah air satu tanah Indonesia, berbangsa satu
bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia. Selain mengucapkan
sumpah, pemuda Indonesia yang berkongres tersebut juga melantunkan lagu
Indonesia Raya untuk yang pertama kalinya. Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928
dikenang sebagai lahirnya kesepakatan unsur-unsur bangsa yang sangat heterogen
untuk menjadi bangsa yang satu. Pergerakan pemuda terus menunjukkan kiprahnya hingga 1945 Soekarno dapat memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia berkat dorongan pemuda. Waktu terus berjalan, dan
perlawanan fisik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dari colonial Belanda
yang dating kembali dengan membonceng sekutu. Agresi militer Belanda I maupun
II (tahun 1947 dan 1948). Perlawanan ini banyak berlangsung diberbagai kota.
Pada saat ini pula banyak bermunculan organisasi pemuda Islam seperti Gerakan Pemuda Islam (Oktober
1945), Pemuda Islam (April 1947), Angkatan Puteri Al-Washliyah (Juni 1947),
Ikatan Putra-Putri Indonesia (1945), Gamki (1948), Pemuda Demokrat (1947),
Pemuda Katolik (1947), PMKRI (Mei 1947), PII (Mei 1947), HMI (Februari 1947),
dan masih banyak yang lainnya. Atmosfer perjuangan pun makin berkembang pasca
kemerdekaan. Perjuangan pemuda berbagai ideologi mewarnai perjalanan dalam
pencarian jati diri bangsa. Sejarah selanjutnya pemuda kembali menorehkan sejarah
dengan menumbangkan rezim orde lama. Kemudian pemuda lagi-lagi berhasil
menumbangkan rezim Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya presiden Soeharto.
Krisis moneter yang memunculkan krisis multidimensi di Indonesia memunculkan
perlawanan yang lebih konkrit oleh pemuda/mahasiswa. Gerakan pemuda melakukan
koordinasi nasional dengan memunculkan gerakan reformasi. Salah satu organisasi
pemuda/mahasiswa yang muncul saat itu
adalah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Telah
kita ketahui, bahwa sejarah perjuangan bangsa mencatat sejak perintisan
pergerakan bangsa Indonesia sampai dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, pemuda dan mahasiswa berperan aktif mengantarkan Indonesia pada
kondisi saat ini.
“Akhirnya saya percaya bahwa watak
khas dan arah dari revolusi Indonesia
pada permulaannya memang
ditentukan oleh kesadaran kaum muda”.
-Anderson, Pengamat Politik Luar-
Pemuda Hari Ini
Tepat
75 tahun yang lalu momen Sumpah Pemuda yang menandai sejarah dimana pemuda
bersatu dan tumbuh atas kesadaran untuk berbangsa dan berbahasa satu. Sumpah
Pemuda sendiri menggambarkan tentang proses kelahiran bangsa Indonesia yang
merupakan buah dari perjuangan bangsa Indonesia selama puluhan, bahkan ratusan
tahun tertindas oleh kekuasaan kaum colonial. Mustahil apa yang kita rasakan
sekarang dapat kita nikmati tanpa tekad perjuangan para pemuda-pemuda
terdahulu.
Namun
seiring berjalannya waktu, semangat Sumpah Pemuda semakin lama semakin luntur.
Berbagai fenomena-fenomena yang sekarang
menyimpang dari norma dan budaya perjuangan pemuda Indonesia yang sebenarnya. Nilai-nilai
persatuan yang tertuang pada Sumpah Pemuda kini telah berganti dengan sifat
pemuda yang cenderung apatis dan bersifat individualis. Hal ini terlihat
langsung bagaimana kemauan seorang pemuda untuk mengetahui dan ikut terlibat
dalam menyelesaikan suatu permasalahan disekitarnya. Contoh kecilnya adalah
banyak mahasiswa yang enggan untuk ikut berorganisasi dan terlalu menyibukkan
dirinya dengan hal-hal yang tidak penting. Sedangkan telah kita ketahui bersama
bahwa sejarah pemuda yang mengusung perubahan itu berawal dari perkumulan-perkumpulan orang
yang menyatukan kekuatannya guna mencapai cita-cita bersama. Fungsi agent of change, iron stock, dan social control akan menjadi hiasan saja
bagi seorang mahasiswa dan tidak akan
tercapai manakala cara yang dicapai dengan sendiri-sendiri, apalagi harus
menyelesaikan masalah yang ada didalam dimasyarakat yang sangat kompleks.
Dan
mungkin inilah yang menjadi penyebab kurang pekanya pemuda sekarang terhadap
permaslahan yang ada. Pembentukan karakter pemuda/mahasiswa sekarang tidak
mencapai tahap penetrasi ideologi yang matang dan juga tanpa disetai
diskusi-diskusi panjang yang mengarah kepada solusi perubahan. Lingkungan
social dan iklim kampus merupakan factor yang sangat mendukung dalam
pembentukan karakter mahasiswa saat ini. Kondisi social sebagai sarana pencetak
generasi penerus saat ini menempatkan
pemuda/mahasiswa berada pada posisi nyaman, bermalas-malasan, dan hura-hura.
Selain itu sebagian mahasiswa terperangkap dalam ketatnya iklim kampus yang
menjadikan sebagian mahasiswa selalu sibuk dengan aktivitas akademiknya. Penulis
ingat dengan apa yang diungkapkan oleh M. Ilyas (aktivis KAMMI) didalam suatu
tulisannya. Dia menilai rata-rata mahasiswa sekarang tak terlalu memikirkan
rakyat banyak, bahkan mereka tidak mempunyai peta hidup, sehingga akhirnya
setelah selesai kuliah menjadi masalah bagi orang lain dengan pengangguran.
Padahal sejatinya mahasiswa adalah pencerah dan pembaharu didalam masyarakat.
Selain
itu contoh kecilnya lagi kondisi buruk pemuda/mahasiswa sekarang adalah sikap ketidakpedulian
tentang perkembangan yang ada disekitarnya seperti kurangnya kesadaran
mahasiswa dalam berpolitik. Sentimen anti partai politik dikalangan mahasiswa
bukan hal yang baru. Sejarah pun mencatat bahwa gerakan golput pernah
diinisiasi oleh pemuda. Namun alasannya cukup logis dengan keadaan pada saat
itu. Karena mahasiswa saat itu kesal terhadap monopoli politik yang dilakukan
oleh rezim Orde Baru. Melalui aparatusnya; Golkar, ABRI, dan Birokrasi, Orde
Baru memang memanipulasi pemilu sedemikian rupa sehingga Soeharto dapat terus
menjadi Presiden. Ketiadaan pemilu yang bebas dan adil itu membuat partisipasi
politik masyarakat tidak berpengaruh. Setelah insiden Malari pada tahun 1974,
pemerintah Orde Baru menganggap bahwa kegiatan mahasiswa sudah terlalu radikal
dan mengancam stabilitas politik. Karena itu pemerintah Orde Baru pun berupaya
untuk menjauhkan mahasiswa dari politik dengan mengeluarkan kebijakan
Normalisasi Kehidupan Kampus/ Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK). Dengan
kebijakan tersebut, organisasi ekstra kampus dilarang, kegiatan politik
mahasiswa dibatasi, mahasiswa pun perannya direduksi jadi pelajar layaknya anak
SMA. Kebijakan depolitisasi ini tentu sangalah radikal, mengingat mahasiswa
Indonesia punya sejarah panjang dengan politik. Jika diamati, ternyata begitu
erat kaitan antara pemuda Indonesia dengan sejarah perpolitikannya dari
zaman-kezaman. Faktanya, Indonesia merupakan hasil imajinasi politik mahasiswa
Indonesia seperti apa yang dikatakan Anderson sebelumnya.
Pasca
reformasi, sentimen anti politik rupanya belum mereda dikalangan pemuda dan
mahasiswa hingga saat ini. Entah sampai kapan sentimen ini akan relevan. Apakah
memang ruang politik sudah tidak lagi menjanjikan sebagai jalan perubahan. Atau
karena memang wajah perpolitikan yang kurang menarik karena banyaknya kasus
korupsi para pejabat sehingga menganggap politik itu kotor. Atau jangan-jangan karena
memang penyakit apatis pemuda saat ini yang sudah kronis. Mudah-mudahan saja
tidak begitu, pasalnya siapa lagi kedepan yang akan memperbaiki kondisi perpolitikan
bangsa ini, kalau bukan pemuda. Dan siapa lagi yang akan memimpin bangsa ini
kedepan, kalau bukan pemuda. Terlepas dari persepsi dan penilaian individu
masing-masing, setidaknya mahasiswa sebagai kaum intelektual harus memiliki
kesadaran bahwa perubahan-perubahan besar itu terkadang mengharuskan
seseorang/kelompok untuk masuk kedalam sebuah system. Karena hal yang demikian
telah dilakukan pemuda dahulu dalam setiap pergerakannya dalam mencapai
kemerdekaan. Bahkan sebenarnya hal ini menjadi prinsip yang mutlak bagi seorang
warga negara yang hidup dinegara yang berdaulat. Termasuk juga didalam
perpolitikan kampus, sebagai warga kampus kita memiliki hak-hak untuk berkontribusi
meningkatkan kualitas diri pribadi dan kampus tercinta, disamping kita memenuhi
kewajiban kita.
Pemuda Pemilik Masa
Depan
Semakin hari Bangsa ini semakin
menghadapi tantangan yang berat. Bangsa ini harus menghadapi berbagai
permasalahan-permasalahan klasik seperti kemiskinan, krisis pangan, dan
mahalnya harga sembako. Data BPS tercatat hingga sekarang jumlah pengangguran
mencapai 7,17 juta jiwa dan angka tersebut didominasi oleh lulusan sarjana.
Belum lagi masalah iklim politik dinegeri ini yang karut-marut, bencana alam,
tenaga kerja wanita, dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Problem yang sama
dating dari factor luar seperti posisi daya saing Indonesia yang kembali turun.
Dalam laporan The Global Competitiveness
Index 2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara didunia dengan
skor 4,4 atau menurun 4 level dari tahun lalu yang berada pada posisi 46 (kompas.com). Dengan penurunan posisi
daya saing itu Indonesia harus lebih serius menaggapai permaslahan ini. Belum
lagi nantinya akan menghadapi tantangan di tingkat regional, seperti era
Komunitas ASEAN 2015. Indonesia perlu mematangkan strategi baru untuk
meningkatkan daya saing dimata dunia jika memang Indonesia ingin maju.
Dan
saya kira inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi para pemuda masa kini
yang sering disebut sebagai calon pemimpin bangsa masa depan. Sebagai pemimpin
masa depan pemuda harus memiliki kompetensi kritis dan moralis untuk melakukan
sebuah perubahan tentunya dengan strategi kepemimpinan yang matang. Pemuda
harus berani tampil kembali kepermukaan menjadi pemimpin jika memang
mengkhendaki sebuah perubahan, dan perjuangan itupun masih panjang dan
memerlukan kerja keras dari sekarang. Pasalnya berdasarkan surveri dari Lembaga
Survei Indonesia (LSI) yang dirilis tempo.com
mengatakan bahwa popularitas politikus muda belum mampu mengalahkan politikus
senior untuk bersaing menjadi calon presiden pada pemilihan presiden 2014
mendatang. Maka dari itu kedepan pemuda sebagai pengusung perubahan harus dapat
menggantikan muka-muka lama (red:orang tua) dan menghilangkan aroma-aroma
‘basi’ dengan ide-ide yang baru. Maka dari itu sudah saatnya pemuda kembali
naik ke atas pentas kepemimpinan bangsa dan membawa visi dan misi yang baru
sehingga kedepan mampu menggantikan posisi-posisi strategis orang-orang tua
yang sekarang mendominasi.
Terkait
dengan persaingan global, peran pemuda menjadi sangat vital kedepannya dalam
menjawab tantangan zaman. Berdasarkan proyeksi data BPS tahun ini jumlah pemuda
Indonesia mencapai 62,6 juta orang. Namun kondisi yang sangat memprihatinkan
karena dari hasil pendataan angka pengangguran kelompok usia produktif ini
mencapai 60,5 persen dari jumlah pemuda yang ada. Dalam hal ini pemerintah
harus berperan aktif dalam rangka memperdayakan kaum muda agar masalah
pengangguran data teratasi. Maka tidak ada pilihan lain bagi pemuda Indonesia selain
dituntut untuk mandiri terutama dalam mengembangkan kemampuan soft skill, kewirausahaan, ekonomi
kreatif, seni dan dan bidang lainnya. Fokus pemerintah dalam pembangunan
kepemudaan seperti yang tertuang pada pasal 5 UU No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan bahwa fungsi pelayanan
adalah melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi
kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda dalam segala aspek
kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, hal ini khendaknya
berjalan sesuai dengan apa yang inginkan dan mesti menjadi prioritas. Misalnya,
menciptakan berbagai lapangan pekerjaan bagi pemuda, atau program-program
kewirausahaan untuk pemuda yang tujuannya lebih jelas dalam upaya pembangunan
kepemudaan nasional agar kedepan Indonesia dapat bersaing. Setidaknya
pemerintah memiliki grand desaign pembangunan pemuda yang matang. Konsepan tersebut haruslah berangkat dari kerangka
kebijakan serta arah pembangunan pemuda yang konkrit, jelas, dan visioner.
Kegiatan-kegiatan kepemudaan sebenarnya tidak mesti hanya dalam event-event
sesaat saja seperti yang kita amati selama ini. Disisi lain permasalahan
kepemudaan kian bertambah seiring perkembangan zaman seperti; rendahnya
latarbelakang pendidikan, pengangguran, kekersan antar pemuda, penyalahgunaan
narkoba, kesehatan reproduksi, krisis kepemimpinan, dan sebagainya.
Kebijakan
untuk pembangunan kepemudaan telah banyak dikeluarkan baik dari kemenpora dan
lembaga-lembaga lainnya termasuk organisasi kepemudaan. Akan tetapi masalah
kepemudaan bukan hanya tugas satu lembaga atau kementrian saja. Karena
permasalahan pemuda bersifat multisektor dan kompleks. Ini berarti menjadi
tanggungjawab kita bersama sebagai pemuda. Khendak dari sekaran kita sadar
dengan tanggungjawab kita terhadap diri sendiri dan juga tanggungjawab kita
terhadap bangsa dan negara.
Besar
Harapan penulis,
semoga di peringatan hari Sumpah Pemuda ini menjadi momentum kebangkitan pemuda
dan bangsa. Apakah benar pemuda Indonesia dapat kembali bangkit ? Betulkah sejarah perubahan bangsa kembali diukir oleh
pemuda ?
Selamat
berkontribusi, wahai pemuda harapan bangsa…!
daftar sabung ayam
BalasHapus