Home » » Paradigma Gerakan KAMMI

Paradigma Gerakan KAMMI

1. KAMMI adalah gerakan dakwah tauhid
a. Gerakan dakwah tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah SWT
b. Gerakan dakwah tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasarkan pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil’aalamiin)
c. Gerakan dakwah tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar)
Dakwah tauhid pada hakikatnya bermisi ‘kemerdekaan’. Yaitu melepaskan segala bentuk penghambaan kepada makhluk (selain Allah) menuju penghambaan yang seharusnya: kepada Allah. Sebab kita harus sadari bahwa menyandarkan sesuatu apapun kepada selain Allah maka itu akan berbahaya bagi kita sendiri. Sandaran yang lemah, belum mengantarkan kita kepada kemerdekaan. Sebab sejatinya sandaran yang berupa makhluk ini tidak memerdekakan, justru menyesatkan. Sandaran-sandaran berupa makhluk itu tidaklah haqiqi. Bayangkan saja ketika sandaran-sandaran itu lenyap, maka diri kita akan terkena guncangannya.
Yang perlu kita sadari adalah bahwasanya konsep Islam adalah konsep yang universal. Substansi Islam akan selalu mampu untuk menjawab apa solusi dari sebuah masalah, dapat diterima semua golongan, di mana saja dengan ragam geografis, dalam konteks masa lalu maupun masa kini, mengapa masalah bisa terjadi serta bagaimana penyelesaiannya. Islam terlalu besar untuk dibenturkan dengan hal lain. Islam mencakup sistem, terlalu kuat untuk dibenturkan dengan sistem yang lain. Islam mencakup ideology, terlalu kuat untuk dibenturkan dengan ideology lain. Islam telah mencakup hukum, terlalu kuat untuk ditandingkan dengan hukum buatan manusia. Islam telah membahas ‘tandingan-tandingan’ ideology, hukum, serta sistem buatan manusia itu. Karena Islam tidak mendikotomikan antara kehidupan dengan agama.
Membicarakan tauhid yang erat kaitannya dengan ‘pembebasan’, maka kita membicarakan hakikat. Meluruskan persepsi-persepsi akal yang belum bersesuaian dengan yang dimaksudkan oleh Allah. Persepsi-persepsi yang mengarahkan kita agar menggantungkan sesuatu kepada selain Allah. Apa yang kita jadikan sandaran itu sejatinya tidak merdeka, sandaran itu pun masih bergantung kepada Allah. Maka satu-satunya yang merdeka adalah Allah, dzat yang tiada tandingan.
Nilai-nilai universal yang dibangun adalah yang substantive, artinya tak sekadar yang tampak fisik. Jilbab yang lebar (akhwat), celana bahan (ikhwan) kemudian melemahlembutkan sikap adalah nilai-nilai Islam. Namun Islam tidak sekadar itu, karena hal-hal tersebut barulah cover. Nilai-nilai yang perlu kita tumbuhkan ialah yang bersifat universal, artinya bias diterima semua kalangan, menjadi ajaran yang diamini bersama, tidak menjadi pertentangan lagi. Kita tidak lagi menampilkan ‘wajah santun’ saja, atau ‘halusnya budi’, serta ‘penampilan soleh’ lainnya. Hal-hal yang lebih substantive lebih perlu kita kedepankan, yaitu kerja kita. Saya memandang, Islam yang sudah dibangun (dikedepankan) di Indonesia ini adalah nilai-nilai (substantive) berupa ibadah horizontal. Lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang sepakat dalam hal semisal kerjasama, bertanggungjawab, kerja keras, kejujuran. Walaupun sebagian masyarakat yang saya temui telah salah kaprah, menyamakan urusan akhirat dengan dunia. Beragama adalah sebuah pilihan. Pun menjalankan perintah-perintah agama tidaklah wajib, menganggap agama adalah suatu aspek duniawi, yang jika ditinggalkan tak berdampak apa-apa. Meskipun berislam namun kewajiban-kewajiban vertical dianggap sekadar ‘pilihan’.


2. KAMMI adalah gerakan intelektual profetik
a. Gerakan intelektual profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal
b. Gerakan intelektual profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal
c. Gerakan intelektual profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan dan pemberdayaan manusia secara organik.
Intelektual profetik secara mudahnya kita dapat artikan sebagai ‘cerdas ala kenabian’. Yakni melandasi kegiatan intelektual itu dengan nilai-nilai yang dicontohkan nabi saw. Keimanan dijadikan dasar untuk mengeksplorasi, dalam berproses menjalankan aktivitas intelektual. Artinya kecerdasan yang kita miliki nantinya semakin mendekatkan kita pada-Nya, semakin meyakinkan kuasa-Nya, mengeksiskan Dzat-Nya. Bukan menjadikan kita intelektual yang keblinger.
Wacana yang ingin dibangun di KAMMI adalah wacana yang membumi. Kita harus menanggalkan eksklusivitas kita. Kader-kader KAMMI harus tahu apa yng sedang terjadi sekarang, mengerti obrolan sesama mahasiswa, nyambung ketika diajak diskusi oleh mahasiswa di luar KAMMI. Jangan pernah membatasi ruang diskusi, hanya mau berdiskusi dengan kelompok tertentu. Tidak lantas menjauhi obrolan sesamanya ketika berbeda dengan kita. Ketika kita menganggap obrolan sesama kita adalah sesuatu yang ‘tidak bermanfaat’, maka ini (menurut saya) suatu bentuk arogansi, karena menganggap ‘buruk’, lantas kita tinggalkan. Padahal bisa jadi kitalah yang tidak update kondisi. Kader-kader harus mau membaur dengan sesamanya, lintas gerakan. Obrolan-obrolan keseharian mahasiswa adalah sesuai naluri kemanusiaan, kita saja yang kurang open mind, padahal bagaimana bisa mendapatkan kader yang banyak jika kita tak mau membaur dengan umumnya mahasiswa. Kita terbiasa dengan naluri langit, namun kesulitan menerjemahkannya ke dalam bentuk naluri manusia.
Intelektual profetik berarti intelektual yang berupaya menuntun manusia menuju fitrahnya. Fitrah manusia adalah mendekatkan dirinya pada pencipta. KAMMI menuntun supaya nalar akal dan nalar wahyu dapat bertemu. Mendukung tumbuhnya manusia apa adanya, tanpa paksaan harus seperti ini atau seperti itu. Karena KAMMI mendidik kader menjadi pemimpin tanpa harus disetir. Kader bertumbuh sesuai minat dan spesialisasinya, tidak ada plotting yang sifatnya memaksa. Secara natural, yang tujuannya mencerahkan.

3. KAMMI adalah gerakan sosial independen
a. Gerakan sosial independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
b. Gerakan sosial independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
c. Gerakan sosial independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.
Independen berarti bertindak tanpa intervensi dari luar. Berbuat atas dasar kehendak pribadi, bukan pesanan. Independen juga berarti kita terbebas dari segala kecenderungan, hanya kepada Allahlah kita berorientasi, serta kepada kaum yang berorientasi sama. Peradaban yang berorientasi materialistik adalah musuh KAMMI. Dan tugas kita adalah mengganti peradaban tersebut kepada peradaban yang mencerahkan.
Gerakan sosial independen adalah gerakan pencerahan/pencerdasan masyarakat yang dibangun atas dasar prihatin. Keresahan karena kita mingindikasikan ketidakidealan hadir dalam tatanan masyarakat sehingga dirasa perlu adanya gerakan perbaikan di masyarakat. Sosial independen berarti kita bergerak secara sukarela. Menilai ada suatu yang timpang maka harus adanya suatu pembenahan. Nurani akan diuji, pekakah kita dengan realitas masyarakat. Adakah naluri untuk melakukan pembenahan masyarakat itu.
Tidak ada ketergantungan/ intervensi dari pihak manapun dalam gerakan social yang kita bangun. Tidak mengekor, tidak dihegemoni. Kita bergerak bukan atas dasar pesanan, atau ikatan dengan pihak manapun.
4. KAMMI adalah gerakan politik ekstraparlementer
a. Gerakan politik ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi egaliter.
b. Gerakan politik ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
Ekstraparlementer berarti kita memposisikan diri di luar pemerintahan. gerakan kita sebagai control atas proses demokrasi peerintah. Dalam upaya menegakkan demokrasi yang berkeadilan, tidak memihak manapun, pun jika harus memihak maka itu kepada rakyat. Pemerintahan yang tirani adalah musuh kita. KAMMI tidak menentang system yang ada saat ini, hanya posisinyalah yang berada di luar pemerintahan.
Namun pemahaman yang masih menjadi ganjalan saya adalah bahwasanya ekstraparlementernya KAMMI terkesan separuh hati. Kita bersikap ekstraparlementer ketika masih berstatus mahasiswa, namun pasca itu kita tidak dibebankan ekstraparlementer lagi. Pada hakikatnya KAMMI mendukung proses demokrasi, agar berjalan dengan adil, hanya posisinya yang berada di luar pemerintahan. Melakukan control. Berbeda dengan hizbut tahrir yang konsisten dengan prinsip ekstraparlementer mereka. ketika mahasiswa ataupun pasca mahasiwa mereka akan tetap di luar pemerintahan. Substansinya, mereka menempatkan diri sebagai oposisi karena menolak system. Mereka akan menjadi bagian dari pemerintahan (intra) ketika system syariah diterapkan. Kita membahas system namun acuan yang digunakan adalah status mahasiwa, berbeda dengan hizbut tahrir yang konsisten dengan prinsipnya. Artinya paradigm ekstraparlementer ini sufatnya terbatas, tidak bisa diterapkan berkelanjutan.
Satu hal lagi tentang ekstraparlementer adalah bahwasanya KAMMI sebagai sebuah gerakan mahasiswa, bukan sekadar organisasi sehingga ideology KAMMI harus benar-benar dijiwai/ diresapi. Yang menjadi masalah adalah adanya dualisme kader mengenai ekstraparlementer ini. Kader yang ternyata memihak pada salah satu partai politik berarti telah megkhianati paradigma gerakan ini. Keberpihakannya pada salah satu partai politik diketahui ataupun tidak oleh masyarakat mencederai tubuh KAMMI, mencemari gerakan mahasiswa. Sebab dua hal ini (intra dan ekstra) adalah hal ynag bertentangan, tidak saling mendukung. Kita menyerukan identitas gerakan mahasiswa yang murni, bebas tunggangan namun ternyata kita mengkhianati perkataan sendiri. Ini adalah munafik.
Kalaupun ingin memihak, maka keberphakan kita jatuhkan pada sisi-sisi kebaikannnya saja, dan ini memungkinkan semua partai politik untuk kita dukung. Karena setiap partai politik pasti membawa misi kebaikan. Namun keberpihakan yang ‘selalu’ dan kepada ‘salah satu’ partai politik inilah yang menjadi sebuah masalah. Bagaimana bisa mengawal proses jika ternyata kita berada/ terlibat dalam proses.

0 komentar:

Posting Komentar