( Oleh: Eminniar )
"Ini bukan
sebuah cerpen, bukan sebuah essay, bukan sebuah artikel ataupun mahakarya yang
bernilai jutaan, tapi ini adalah tumpahan kesedihan anak negeri di desa
pedalaman, mencoba mencari perbaikan diri guna bisa mengabdi untuk negeri yang
makin dilanda krisis ini.”
###
Inilah
sebuah desa kecil bernama Gunung Raja, letaknya mungkin takkan tertemukan di
peta dunia bahkan peta kabupaten, tapi ia ada untuk mengenyangkan perut negeri
meski harus rela beriris perih. Desa Gunung Raja, Kecamatan Rambang Dangku,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, terletak di daerah perbatasan
Muara Enim - Prabumulih, untuk kongkretnya desa kecil ini sebelah Baratnya berbatasan
dengan desa Gunung Kemala, Barat Daya Berbatasan dengan Desa Payuputat, kedua
daerah ini masih masuk dalam wilayah Prabumulih, untuk wilayah Muara Enim
disebelah Tenggara desa ini berbatasan dengan Desa Dangku dan Desa Pangkalan,
sebelah Timur Desa Niru, dan sebelah Timur Laut berbatasan dengan Trans Air
Limau. Terdiri dari 4 dusun yaitu dusun 1,2,3 dan simpang 4, mayoritas
masyarakat bekerja sebagai petani karet.
Dalam
tulisan ini saya akan sedikit berbagi kondisi desa dari tahun 1995 - sekarang,
yang tentunya dari sini kita dapat melihat baik-buruknya perubahan yang terjadi
dari tahun ke tahun dari segi SDM dan SDA-nya berikut rincian yang dapat saya
bagikan sepengetahuan saya.
A. 1995 - Juli 2007
- Sumber Daya MasyarakatMasyarakat di Desa Gunung Raja dalam rentan waktu ini berjumlah kurang lebih 100 Kepala Keluarga, dan layaknya sebuah desa antara satu keluarga dengan keluarga yang lain rata-rata masih memiliki hubungan kekeluargaan. Dari segi pendidikan masa ini sudah memiliki 4 Sekolah Dasar yaitu SD Kemala Jaya, SDN 1 dan 2 Gunung Raja serta SD Swasta Tangsi, dan 2 Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP Muhammadiyah 3 dan SMP Swasta Tangsi. Sekolah-sekolah ini mayoritas pengajar datang dari daerah luar ataupun guru-guru sementara dari para mahasiswa KKN. Di tilik dari perekonomian penduduk bekerja sebagai petani karet dan tukang kebun serta beberapa penduduk bekerja sebagai PNS. Dari segi sosial sifat panguyuban masih kental terjaga, dari segi Agama masyarakat pada masa ini masih banyak yang percaya hal-hal mitos, perdukun, benda-benda ghaib, dll.
- SDAKondisi alam pada tahun itu masih sangat terjaga keasriannya, hanya ada beberapa tambang minyak milik pertamina dan satu buah stasiun pengumpulnya, dan ini tentu tidak mengurangi udara yang sejuk, kulkas, kipas angin, AC barang antik pada masa ini, kipas sate pun hanya digunakan hanya pada saat nyamuk tengah malam mulai bekerja, terkadang benda satu itupun tak berguna jika sudah ada racikan asap super ampuh yang terbuat dari tumpukan serabut kelapa dan tanah liat ke abu-abuan yang belakangan baru diketahui bahwa inilah batubara sumber kekayaan alam terbesar dibumi Allah bagian ini, melimpah ruah hasil panen karet perbulan dapat dilihat ditepian sepanjang jalan desa saat awal bulan, aroma tak sedap akan mencuat selama minggu-minggu itu, tapi dari aroma tak sedap inilah para ibu bisa membuat aneka makanan lezat di perapian.
B. Juli 2007 - Sekarang
- SDAJuli 2007 adalah awal dari perubahan signifikan dari desa ini, bulan ini terjadi tahap awal proses persiapan membangun suatu perusahaan batubara. Mulai hari itu hingga saat ini ribuah hektar kebun karet telah tumbang karena robot berwarna kuning itu, panas, debu, cuaca tak menentu jadi sahabat sehari-hari. Kapasitas karet yang dihasilkan semakin sedikit membuat para petani makin kalang kabut karena harganya yang juga tidak stabil.
- SDMDari segi jumlah penduduk jelas makin bertambah hal ini dikarenakan pendatang yang membludak serta tambahan pekerja asing dari China sebagai pemegang saham terbesar disana, sekitar setahun lalu desa ini seolah-olah menjadi rumahnya para orang-orang China sehari satu sampai dua bus sehari bisa masuk hanya mengangkut para buruh-buruh dari negara asing itu, dari segi pendidikan meski belum karena niat yang lurus tapi anak-anak sudah banyak yang bersekolah lebih dari tingkat SMP dengan alternatif keluar desa, dari segi ekonomi terjadi ketimpangan yang sangat jelas, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, yang baru mau kaya eh pada langsung jadi miskin, sikap paguyuban pun mulai hilang disini dilengserkan dengan sikap bersaing harta yang akhirnya membuat sosial masyarakat jatuh pada titik terendah, narkoba sudah mulai masuk sejak dua tahun terakhir, MBA hanya ditanggapi dengan kata “oh”, dari segi religius dilihat dari 2 sisi, yang terhanyut dengan arus ini banyak, yang mencoba bertahan juga banyak, musholah memang mulai ramai tapi itu arena pendatang sedangkan warga asli terlalu banyak yang terbuai. Dari segi keamanan? Gejolaknya tengah memanas saat ini, saudara adalah musuh ketika kepentingan pribadi terhinakan.
Itulah
sedikit catatan kecil dari saya, mohon maaf jika tidak sesuai
kebutuhan tapi inilah yang mampu saya bagikan kepada ikhwahfillah sekalian, Jazakumullah Khairan Katsiran sudah meluangkan waktunya.
Editor: LsR
Editor: LsR
0 komentar:
Posting Komentar