Hari ini adalah 105 tahun yang lalu. Seratus lima tahun
bukanlah waktu yang sebentar bagi bangsa Indonesia untuk mendapat pengalaman
‘bangkit’. Melihat awal perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan
tidaklah mudah, banyak halangan dan rintangan yang dihadapi. Sejarah telah
mencatat betapa luar biasa gigihnya pemuda-pemuda bangsa ini dalam
mempertahankan dan memperjuangkan harkat martabat bangsa disetiap tahapan
pergerakan menuju proklamasi kemerdekaan. Anugerah yang patut disyukuri untuk
bangsa ini yang memiliki sisi ‘heroic
stories’ yang mengandung nilai-nilai kearifan tersendiri untuk anak cucu
bangsa. Sehingga dalam sebuah pidatonya, Bung Karno pernah berkata “Jangan
Sekali-kali Meninggalkan Sejarah...!”. Kita sadar bahwa sejarah akan sangat
penting diingat ketika kehidupan suatu bangsa tak bertaut dengan suasana
genting antara menentukan pilihan bangkit hidup atau mati pasrah
menerima penderitaan. Kita (red: mahasiswa) yang hidup pada era reformasi yang
terus memekikkan “merdeka” dengan rasa bangga dan rasa hormat yang tinggi atas
pengorbanan pahlawan-pahlawannya. Tapi apa yang perlu kita pelajari dan
renungkan dari sejarah bangsa kita?.
JAS MERAH...!
Tonggak
awal pembaharuan pergerakan nasional yang dirintis oleh pejuang angkatan 1908,
Boedi Utomo menjadi salah satu tempat kita berkaca bagaimana sejarah mencatat
momentum kebangkitan rakyat dalam melawan penderitaan atas kolonialisme. Angkatan
1908 dikala itu merupakan angkatan yang mendapat inspirasi dari asiatic revail fenomena kebangkitan
bangsa-bangsa Asia. Pada saat itu Jepang mendapat kemenangan atas Rusia pada
tahun 1904-1905, sehingga dijadikan momentum sebagai pemberian pemahaman kepada
rakayat atas penindasan kolonial, sehingga tumbuh kesadaran sebagai bangsa.
Awal mulanya tujuan mereka belum jelas dan sebagai akibat muslihat Belanda,
kesadaran bangsa Indonesia ini pancing oleh Belanda dan dimasukkan dalam
saluran yang sudah digali, yaitu kearah perluasan pendidikan. Budi Utomo yang
merupakan perkumpulan politik tertua yang didirikan pada tahun 1908 oleh
orang-orang terpelajar dibawah pimpinan dokter Wahidin Sudirohusodo. Asas dan
tujuannya adalah menyadarkan kedudukan bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri
sendiri dan berusaha mempertinggi kemajuan mata pencarian dan penghidupan
bangsa disertai dengan jalan memperdalam kesenian dan kebudayaan.
Jejak Sejarah yang Makin Pudar
Salah satu penyebab merosotnya peradaban suatu bangsa bisa
saja terjadi karena minimnya kesadaran terhadap sejarah perjalanan bangsanya
sendiri. Dengan demikian suatu bangsa kehilangan identitas kebangsaannya karena
tercabut dari akar sejarahnya. Mungkin kondisi seperti inilah yang diratapi
bangsa Indonesia untuk sekarang ini. Hampir diseluruh bidang kehidupan masyarakat
dihadapkan pada berbagai tantangan yang rumit. Di satu sisi, dalam era
globalisasi sekarang ini bangsa Indonesia dituntut dapat menghadapi tantangan
global untuk membangun ketahanan nasional dan menempatkan identitasnya sebagai
bangsa yang mandiri dan berdaulat dalam segala bidang. Disisi lain, masalah
didalam internal tidak kalah akutnya. Mulai dari permasalahan kemiskinan sampai
pada masalah penegakan hukum, mulai dari krisis bawang sampai pada kasus daging
impor.
Tergambar jelas bagaimana kondisi bangsa ini dengan
permasalahan-permasalahan kompleks yang fundamental menyentuh langsung kedalam
kehidupan bermasyarakat, seakan menunjukkan bahwa Indonesia berada pada titik
yang memprihatinkan. Dapat kita lihat berdasarkan data survei lembaga Global Competitiveness Report, peringkat
Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 46 pada 2011/2012 turun
keperingkat 50 pada 2012/2013. Turunnya peringkat Indonesia dipengaruhi oleh
kinerja beberpa indikator yang melemah terutama terkait dengan variabel institusi,
yakni suap, korupsi, kriminal, dan kejahatan. Selain itu infrastruktur yang
belum menunjukkan perbaikan secara signifikan.
Refleksi 105 Tahun Hari Kebangkitan
Dalam refleksi 105 tahun kebangkitan nasional, sudah saatnya
bangsa ini bercermin kepada pengalaman-pengalaman panjang masa lalu yang penuh
dengan nilai-nilai perjuangan bangsanya sendiri. Kebangkitan nasional merupakan
titik penting dan tonggak mendasar bagi perjuangan bangsa di dalam meriah
cita-cita kemerdekaan, maka pemantapan kembali ideologi kebangsaan merupakan
hal yang sangat prinsip untuk ditegakkan.
Melalui tulisan ini saya mengajak semuanya untuk banyak lagi
belajar dan merenungi kembali sejarah perjuangan bangsa, dalam artian mencoba
mengkomparasikan dengan kondisi bangsa yang sekarang . Dengan demikian, harapannya
kedepan tumbuh rasa kesadaran untuk peduli terhadap masalah yang melanda bangsa
kita sekarang ini dan segera mencari jalan keluar yang terbaik. Sebagai acara
renungan hari Kebangkitan Nasional, maka tentu yang paling penting adalah
bagaimana kita melihat masa lalu, kemudian melakukan sesuatu yang terbaik bagi
bangsa ini di masa sekarang dan berpikir apa yang seharusnya kita lakukan di
masa yang akan datang. Telah menjadi kewajiban kita bersama untuk menyumbangkan
segala fikiran beserta materil yang kita miliki demi tercapai cita-cita
kemerdekaan yang mulia. Dan akhirnya kita dilahirkan menjadi orang yang
mempunyai jiwa yang senantiasa untuk bangkit dan ‘tidak mati’.
Bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya untuk Indonesia Raya....
Indonesia Raya
Merdeka...!
bandar sabung ayam
BalasHapus